Translate

24.3.13

Aku Dan Gadis Merah Jambu Itu

By: "Amiril Lazuardi"

Tak seperti biasanya, cuaca yang menyapa siang hari itu begitu dingin, helai-helai bulu kulitku kadang berdiri, kadang juga kupeluk erat buku besar bahasa arab yang menjadi panduanku belajar dikelas, sesekali aku juga menggigil menggosok-gosok tanganku yang lembab karena bulir-bulir gerimis, dan disitulah kutemukan sedikit kehangatan.
Jam kuliah siang yang harus aku  ikuti memang terasa begitu berat, berjalan kaki  menuju kelas dengan cuaca dingin rasanya terhimpit dalam sebuah angan, rasa malas, enggan untuk beranjak, dan mungkin ada pilihan lain, yang lebih nikmat yaitu berdiam diri dikamar dan memejamkan mata hinggga tertidur, namun kebetulan saja hari ini aku semangat masuk kelas, mungkin karena keseringan aku berteman dengan rasa malas, hingga kini aku malas untuk kembali malas, kini aku harus semangat membuka hari-hari baru, aktivitas baru dan meninggalkan rutinitas “berbaring nikmat diatas kasur” alias tidur siang.
Jarak gedung kuliah yang tidak terlalu jauh bagi seorang pejalan kaki sepertiku juga membantuku untuk lebih semangat, ya paling tidak berjalan sambil memandangi sudut-sudut kampus, menikmati sepoi angin yang sesekali menghembus dari arah pohon tua depan gedung  rektorat, kadang juga kulihat dua muda-mudi yang tersenyum lepas disamping gedung-gedung megah berwarna abu-abu itu, entah apa yang mereka bicarakan, mungkin saja membahas materi kuliah, dosennya yang killer atau mungkin saja mereka membahas “ masa depan” mereka, entahlah terserah mereka, saya hanya penikmat pemandangan dalam perjalanan menuju kelas, dan disaat seperti itulah kutemukan juga kenikmatan bagi seorang pejalan kaki, menghayati semua pemandangan dan menikmati angin sepoi dengan gemericik embun yang lembut, namun ternyata semua itu mendatangkan kesialan bagiku, terlalu menghayati perjalanan membuatku telat masuk kuliah, aku terlambat dan harus mendapat hukuman dari dosen materi bahasa arab itu, sekilas sebelum aku masuk kelas kuliah, kulihat gadis mungil yang tersenyum, dengan jilbab merah jambu dengan beberapa aksesoris kecil, ia menatapku, sepertinya dia tidak asing lagi di pandanganku, tapi entah siapa dia aku tak begitu jelas melihatnya, hanya senyum sabit yang aku perhatikan dari bibirnya yang lembut dan basah, kucoba tangkap makna senyumnya, tapi ternyata hanya sekilas saja, aku tak mampu memaknainya, hingga selanjutnya aku masuk kelas dan mendapat hukuman dari dosen.
Sesaat dosen bahasa arab itu memandangiku, dan bertanya begitu singkat “saudara kenapa telat? Tertidurkah..? atau sengaja mau telat..?” begitulah pertanyaan dosen itu, kesannya agak sinis dan kurang enak didengar, setelah kucoba beberapa alasan untuk menyelamatkanku dari hukuman, namun ternyata tidak manjur, aku tetap harus melakoni hukuman dari dosen yaitu harus bercerita di depan kelas dengan bahasa arab dengan judul bahasan “kenapa aku terlambat”. Ya mau apa lagi, perintah dosen itu aku jalani, di depan kelas kucoba pandangi satu-persatu raut wajah teman teman, ada yang memperhatikanku,  menertawaiku, ada pula yang menundukkan kepala dan mencoba mengobati rasa kantuknya, aku mulai bercerita didepan kelas, menguraikan kronologi mengapa aku terlambat  masuk kuliah, dengan sedikit bahas arab yang aku bisa, kuberanikan diri berbicara, dengan ekspresi lepas kucoba membuat suasana kelas begitu hidup, kuceritakan saja sebenarnya mengapa aku telat masuk kuliah, kuceritakan juga tentang senyuman gadis merah jambu itu, ternyata suasana kelas berubah, mereka antusias mengikuti alur cerita yang aku sampaikan,  hingga akhirnya dosen pun bertepuk tangan dan memaafkan keterlambatanku, saat itu pula senyumku mengembang.
Senyum lembut gadis itu masih tergambar jelas dalam benakku, masih membekas dan selalu terbayang, namun penasaran juga yang aku rasakan, siapa gadis itu, pertanyaan itu selalu aku rasakan, masih menyisakan seribu tanda tanya bagiku, aku ingin melihat senyumnya lagi.
Pelajaran kembali dimulai, teman-teman terlihat begitu antusias mengikuti matakuliah, namun tidak denganku, seringkali kupalingkan wajah ke jendela menunggu sebuah kemungkinan yang mungkin saja terjadi, aku menunggu gadis itu, mungkin saja bisa kulihat kembali kerudung merah jambu itu, aku selalu berharap, dari sekian banya mahasiswa/i yang lewat salah satunya adalah dia, kuperhatikan mereka satu persatu dan ternyata benar, diantara muda –mudi yang mondar mandir di luar kelas, kulihat gadis itu melangkah, jalannya begitu pelan dan menunduk, kesannya begitu hati-hati dan menjaga pandangan, masih saja kulihat senyum itu menghiasi wajahnya, aku hanya bisa terpaku memandanginya, seakan tak ada lagi yang bisa aku pandang kecuali wajahnya yang bulan, setelah sekilas ia lewat di balik jendela, baru aku sadari dialah gadis yang pernah aku kenal, yang pernah aku kagumi sebelumnya, awal perkenalan singkat yang pernah dilakukan kini kembali dipertemukan, Halima (nama samaran) namaya, kukenal dia sebagai gadis sholehah yang begitu paham betul tentang agama, santun dalam bersikap, berpakaian juga bicaranya yang lemah lembut dan terkesan hati-hati. Memang belum sempat saya berbicara langsung dengan dia, hanya sebatas menyapa ketika bertemu di jalan dan itupun jarang terjadi.
Materi kuliah hampir selesai, namun tidak ada satupun dari materi yang bisa aku dapat, yang terlintas hanya Halima saja, tak ada satu kata pun yang aku tangkap dari dosen itu, ku beranikan diri mengambil Handphone di tas kecilku, kutulis sebuah pesan singkat untuk Halima, kuajak dia bicara setelah jam kuliah berakhir, dia balas pesan singkat ku itu “ ya, InsyAllah, ntar klo uda keluar kelas sms ya...” saya begitu senang dia merespon ajakanku, walaupun hanya sekedar ingin ku ajak bicara.
Matakuliah pun berakhir, dosen berpesan agar selalu mengulang mata pelajaran yang telah disampaikan, aku hanya berkata “ya.. walau sebenarnya tak ada satu kata pun tentang materi tadi yang membekas dalam  ingatanku”, kelas kuliah hari ini berakhir, teman-teman keluar kelas dan mulai berpencar, hanya aku sendiri duduk diteras depan kelas, aku menunggu Halima datang, aku ingin melihat senyumnya, ingin bisa berbicara walaupun hanya sekilas, namun materi kuliah di kelasnya belum berakhir, aku tetap saja menunggu, hingga waktu sore terus menipis, akhirnya kuputuskan untuk sholat di masjid dekat gedung kuliahku, juga kelas Halima yang kebetulan kelas kami bersebelahan, aku kembali mengirimnya  pesan singkat, “saya tunggu di masjid”  sambil berjalan kubetulkan tali sepatu putihku yang lepas, hingga akhirnya aku sampai dimasjid, berwudlu kemudian sholat, belum sempat kuuucapkan salam tiba-tiba nada message di handphone-ku berdering, sejenak kubiarkan saja, kucoba panjatkan doa, walaupun doaku kala itu jauh dari ukuran khusyu’, barulah kubuka pesan tadi,  ternyata sebuah pesan singkat dari Halimah “ya.. mhon tunggu bentar...” aku mencoba menunggu, sambil duduk ditemani buku novel yang pernah aku dapat dari salah satu seminar nasional.
Baru 3-4 halaman novel itu aku baca, akhirnya kembali kulihat kerudung merah jambu itu, dia datang dengan langkahnya yang begitu pelan, pandangan merunduk dan tetap saja ia tersenyum, dia datang bersama seorang temannya aku  menyambut kehadirannya dengan hangat, dan kami mulai berbincang-bincang, masih tetap seperti dulu dia awali pertemuan itu dengan salam yang terdengar begitu lembut, hanya sekedar menanyakan kabar dan cerita-cerita singkat saja, itulah pembicaraan yang kami lakukan, namun saat pembicaraan berlangsung, kulihat pandangan matanya tetap saja merunduk, hanya sesekali ia memandangiku, pertemuan yang begitu singkat, namun sangat berharga bagiku. Sesaat sebelum pertemuan itu usai tanpa sengaja kulihat ditangan kirinya yang lembut sudah ada cincin emas menemani jarinya yang lentik, sejenak aku terdiam dan tidak percaya dengan apa yang kulihat, apa benar dia  milik orang..?!
Sesaat setelah itu, dia izin untuk kembali kekamarnya, akupun mempersilahkannya kembali, dia kembali melantunkan salam dari bibirnya yang mungil, “Assalamualaikum Akhi” ucapannya terdengar begitu  pelan nan syahdu, seiring detik berlalu, kerudung merah jambu itu menjauh dari pandanganku dan akhirnya menghilang. Hari ini adalah salah satu hari yang akan sulit aku lupakan, aku tetap mengaguminya, tapi entahlah apakah rasa kagum ini bisa berlanjut atau mungkin berlalu, cincin di jari manis yang dia kenakan masih menyimpan seribu tanda tanya bagiku. Aku akan selalu menantinya, menantikan jawaban dari perjalanan yang akan aku tempuh, mohon petunjuk-Mu..



Terima Kasih semoga cerpen ini bisa memberikan inspirasi dan hikmah bagi kita semua aamiien.

Salam untuk Akhi & Ukhty by: ^_^ Muhas SB ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas komentar yang telah diberikan oleh pengunjung, komentar anda adalah motivasi bagi saya..
thank you very much